Rektor UNJ: Kitab Ta’lim Muta’allim Merupakan Rujukan Adab Dalam Menuntut dan Mendesiminasikan Ilmu.
“Pada kali ini tema yang diangkat adalah tentang pembahasan
Kitab Ta'limul Muta'allim dan Nilai-nilai Lokal Dalam Sistem Pendidikan
Indonesia. Ini tentu sangat menarik bagi saya yang dari kecil saya tidak pernah
mengenyam pendidikan pondok pesantren. Saya hanya mengenyam pendidikan umum,
sehingga kitab tersebut sesuatu yang belum familiar,” kata Rektor UNJ, Dr.
Komarudin Sahid, M.Si., saat menyampaikan materi Keynote Speaker dalam Webinar Reboan
Pendidikan yang diselenggarakan Forum Diskusi Pedagogik (FDP) Ikatan Alumni Universitas
Negeri Jakarta, Rabu, 26 Agustus 2020.
Meskipun tidak mondok di pesantren, namun ia banyak bergumul
dengan para lulusan pesantren. Hanya saja ia tidak sampai membahas
konten-konten literatur pedagogik pondok pesantren. “Saya pun sebenarnya cukup kagum ketika
sahabat-sahabat saya di kampung di salah satu desa di Indramayu, mereka yang
dari pesantren rata-rata mempunyai adab yang baik, ahlak yang baik, dan saya
baru tahu ternyata mereka itu mempelajari Kitab Ta'limul Muta'allim, yang berisi tuntunan tentang adab dalam
menuntut ilmu. Adat yang ditanamkan
dalam menuntut ilmu ini menginternalisasi_meresap dalam dirinya sehingga menjadi
ahlak menjadi kepribadian dan menjadi karakter,” ungkap Komarudin Sahid.
Pedoman akhlak dalam menuntut ilmu karya Syaikh Azzarnujji
tersebut kemudian bukan hanya diterapkan saat menuntut ilmu di pesantren saja, melainkan juga dalam kehidupan
sehari-hari di lingkungan masyarakat sekitar. “Begitu keluar dari pesantren, mereka
menjadi alim, yang dalam pengertian Jawa, alim itu biasanya diasosiasikan
dengan perangai dan tutur kata orangnya yang halus, bukan dihubungkan secara langsung dengan
ilmu,” kata Komarudin Sahid.
Berlandaskan akhlak dalam menuntut ilmu, kata Komarudin,
pondok pesantren bukan hanya menjadi pusat pendidikan melainkan pada masanya
juga menjadi basis perjuangan pemikiran melawan penjajah. “Pesantren pun
menjadi basis gerakan pemikiran pendidikan sehingga lompatan-lompatan pemikirannya kadang-kadang
tidak terkejar,” kata Komarudin Sahid.
Lalu bagaimana gerakan pemikiran pendidikan di pesantren
mengalami progress yang begitu cepat? Semua tidak bisa dilepaskan dakri internalisasi
Kitab Ta’limul Muta’allim oleh para santri_murid.
Menurut Komarudin, Kitab Ta’limul Muta’allim berisi 13 pasal
yang memuat tentang panduan etika dan tata cara seorang pelajar dalam menuntut
ilmu, di antaranya: 1. hakikat ilmu dan keutamaannya; (2) niat ketika belajar;
(3) Memilih ilmu, guru, dan teman, serta keteguhan dalam menuntut ilmu; (4)
Menghormati ilmu dan ahlinya; (5) Sungguh-sungguh, tekun, dan semangat; (6)
Tahap awal, ukuran, dan urutannya; (7) Tawakal kepada Allah; (8) Masa
produktif; (9) Kasih sayang dan nasihat; (10) Mengambil manfaat pelajaran; (11)
Bersikap wara’ ketika belajar; (12) Penyebab hafal dan lupa; (13) Sesuatu yang
mendatangkan dan menjauhkan rezeki, serta menambah dan memperpendek umur.
Panduan etika akademik untuk para pencari ilmu itu, kata
Komarudin Sahid, dibuat oleh Syaikh Zarnujji pada era Dinasti Abbasiyah yang
saat itu masyarakatnya mengalami kemunduran secara moral.
“Kitab Ta’lim Muta’allim disusun oleh Syaikh Zarnujji untuk
mendekonstruksi realitas sosial yang mengabaikan “akhlak/ etika/ moralitas
sehingga merupakan pedagogi moralitas,” ungkap Komarudin Sahid.
Sebagai pedagogi moralitas, subyek utama kitab etika akademik
pesantren tersebut, lanjut Komarudin, adalah: Guru, Hubungan Guru – Murid,
Penghormatan-Berkah, Dialogis, dan Relasional, Narasi Kajian Mikro-Makro. “Dari
mulai bahasan hakikat ilmu, hubungan sosial hingga kedaulatan ekonomi akan
diperoleh manakalah mengedepankan akhlak dalam menuntut dan mengamalkan ilmu,”
kata Komarudin Sahid.
Memperhatikan substansi dan kontekstualitas ta'limul
muta'alim sebagai pedagogi moralitas, kata Komarudin, bukan hanya literatur
tentang adab menuntut ilmu. “Ke depan saya merekomendasikan kitab ini bukan
hanya karena menjadi adab menuntut ilmu melainkan juga menjadi adab dalam
mendesiminasikan ilmu,” kata Rektor UNJ Komarudin Sahid memungkasi pidato
ilmiahnya.
Usai Pidato Ilmiah Rektor Universitas Negeri Jakarta, Dr.
Komarudin Sahid, M.Si., Moderator diskusi Dr. Achmad Husen, M.Pd., memberikan
respon yang apresiasif. “Terima kasih Pak Rektor walaupun tidak punya
pengalaman di pesantren tetapi penyampaiannya itu luar biasa, Pak Rektor
seperti sudah 10 tahun di pesantren sangat mendalami isi kitab ta'limul
muta'alim,” ungkap Achmad Husen.
Webinar Reboan Pendidikan FDP IKA UNJ berlangsung sukses. Sebelum
Pidato Keynote Speaker Rektor UNJ Dr. Komarudin Sahid, M.Si., Ketua Umum Ikatan
Alumni UNJ Juri Ardiantoro memberikan sambutan. Lalu usai sambutan, Pengasuh
Pondok Pesantren Miftahul Ulum, Sumenep, K.H. D. Zawawi Imron mempresentasikan
hasil telaahnya atas kitab tersebut. Lalu berturut-turut, Dosen Bahasa Perancis
UNJ, dan Praktisi Sekolah Tanpa Batas Jimmy Philip Paat, dan Pengasuh Pondok
Pesantren Al-Islahiyah, Malang, Jawa Timur, Dra. Hj. Anisah Mahfudz, M.AP.
Acara Reboan Pendidikan FDP IKA UNJ selain dihadiri pakar-pakar
pendidikan nasional, para pesertanya pun yang rata-rata berstatus dosen
perguruan tinggi, guru, dan para mahasiswi-mahasiswa dari berbagai perguruan
tinggi negeri dan swasta, dari dalam dan luar negeri. Betapapun diskusi
membahas literatur yang berat, namun kegiatan berlangsung meriah karena
mendapat sajian tiga kali pembacaan
puisi oleh Sastrawan Celurit Emas K.H. D. Zawawi Imron.