Prof. Dr. Nana Supriatna: UPI Merasa Kehilangan atas Wafatnya Prof Tilaar.
Beliau adalah tokoh Pedagogy Kritis di Indonesia.
Abdullah Taruna,
Prof. Dr. H.A.R. Tilaar bukan hanya milik Keluarga Besar Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Karya-karyanya di bidang penelitian ilmu pendidikan telah dirasakan manfaatnya untuk memajukan pendidikan Indonesia, khususnya Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK). Kabar wafatnya Prof Tilaar pada Rabu pagi, 30 Oktober 2019 membuat para praktisi pendidikan, termasuk keluarga besar kampus LPTK berduka. Salah salah satunya Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Jawa Barat.
Guru Besar Pendidikan Sejarah UPI, Prof. Dr. Nana Supriatna, M.Ed., mengungkapkan belasungkawa mendalam atas kepergian pedagog nasional dari Universitas Negeri Jakarta.
“Turut berdukacita atas berpulangnya tokoh pendidikan BAPAK HAR Tilaar. Semoga UNJ bisa.melahirkan dan mengembangkan tokoh pendidikan lainnya. Aamiin,” begitu bunyi pesan WhatsApp Rabu siang yang dikirim Prof Nana Supriatna.
“UPI sebagai salah satu LPTK dan mitra UNJ juga merasa kehilangan atas wafatnya Prof Tilaar. Ini juga kehilangan besar bagi Indonesia. Di grup W A Guru Besar UPI diisi dengan ucapan bela sungkawa atas kepergian beliau. Prof. Dr. Hamid Hasan_Ahli Kurikulum, Prof. Dr. Asmawi_Ahli Assessment, dan Prof. Dr. Rochiati ahli Pendidikan Sejarah secara khusus menyatakan turut berduka atas kepergian beliau,” kata Nana Supriatna.
Beberapa Guru Besar UPI senior yang pernah bertukar pengalaman dengan beliau, lanjut Nana Supriatna, berharap gagasan beliau dalam Critical Pedagogy_Pedagogy Kritis dikembangkan oleh para pakar pendidikan. “Saya terkesan dengan Ide cemerlang Prof Tilaar tentang pentingnya membangun consciousness atau kesadaran peserta didik dengan otonominya, potensi belajarnya dan kepentingan dirinya agar tidak dipaksa oleh kekuatan ideologis di luar dirinya,” ungkap Nana Supriatna.
Pendidikan penyadaran peserta didik yang otonom sesuai dengan potensinya, lanjut Nana Supriatna, harus dibangun oleh kasih sayang melalui dialog konstruktif dan setara antara guru dengan siswa-siswi dan bukan memasukkan sebanyak mungkin materi pembelajaran untuk dihafal dan diingat. “Anak adalah subjek dan bukan objek pendidikan. Prof Tilaar menggagas pentingnya pendidikan dialogis agar peserta didik bisa menggali potensi dirinya,” terang Nana Supriatna tentang Pedagogy Kritis gagasan Prof Tilaar.