Masalah Pemadatan Materi Sejarah di SMK

Koor Prodi Pendidikan Sejarah Pascasarjana Kurniawati menilai pentingnya mata pelajaran sejarah guna membentuk kesadaran dan karakter untuk mencintai tanah air serta kemampuan berpikir kritis. Namun, tujuan itu tidak mudah dilakukan, lantaran guru sejarah di SMK memiliki berbagai masalah seperti pemadatan materi.

“Terdapat permasalahan dalam mata pelajaran sejarah di SMK. Materi sejarah kelas X, XI, XII yang dipadatkan di kelas X menimbulkan berbagai permasalahan di lapangan. Pemadatan materi akan mendorong guru sibuk mengejar target yang akhirnya melupakan tujuan pembelajaran sejarah itu sendiri,” kata Kurniawati dalam seminar Nasional “Quo Vadis Mata Pelajaran Sejarah Indonesia di SMK” di Aula Bung Hatta, UNJ, Jakarta, Selasa (24 /9).

Menurut Kurniawati M.Si pemadatan mata pelajaran sejarah di SMK membuat siswa hanya fokus satu bidang saja.

“Semisal tata boga hanya mampu dengan bidang teknisnya, tidak diajak untuk berpikir bahwa ada relasi dengan sejarahnya terutama sekali pada pertanyaan mengapa gudeg menjadi makanan khas Yogyakarta yang tentu juga berhubungan dengan industri gula pada masa kolonialisme Belanda. Artinya, permasalahan pemadatan sejarah di SMK perlu dilihat kembali oleh para steakholder baik pemerintah ataupun guru dan masyarakat,” kata Kurniawati.

Menanggapi hal itu, Jawardi, anggota Pusat Kurikulum dan Perbukuan Kemendikbud menyatakan, pemadatan jam belajar di SMK berdampak pada mata pelajaran sejarah. Pemadatan ini mengurangi esensi mata pelajaran sejarah sebagai pembangunan nasionalisme.

“Esensi dari sebuah kurikulum pendidikan abad 21 itu harus memahami empat hal yaitu, ways of thinking, ways of working, tools of working, living in the rold. Dan sejarah berguna untuk memberikan kemampuan berpikir kritis,” kata Jawardi.

Oleh karena itu, Jawardi melihat peran guru sangat sentral untuk menanamkan hal itu, terutama dalam pembelajaran sejarah di sekolah.

“Bagi Sukarno, menjadi guru adalah hal yang mulia, menjadi guru tidak hanya dapat dikatakan sebagai mengabdi kepada bangsa dan negara, tidak hanya dapat dikatakan sebagai menjemput sebuah kehormatan, tidak hanya dapat dikatakan sebagai menuntaskan cita-cita kemerdekaan, tetapi menjadi guru adalah menjalankan perintah Tuhan Yang Maha Esa,” katanya.

Sejarawan Universitas Oxford Peter Carey menyayangkan kondisi itu. Padahal, menurut Peter, sejarah Indonesia perlu dipahami secara utuh oleh siswa, supaya siswa memiliki konsep kebangsaan dan kesadaran sebagai warga dunia.

“Sejarah sangat penting dan terutama sekali sejarah Indonesia. Sebagai sebuah proses, Indonesia dapat dipahami secara utuh melalui sejarah. Kegunaan sejarah di sekolah memberikan siswa pemahaman berpikir kausalitas, sangat penting bagi siswa di sekolah kejuruan,” kata Peter Carey.

Peter pula menegaskan sejarah Indonesia memiliki dinamika yang harus diketahui sebagai sebuah proses, untuk itu, jangan ada lagi sejarah yang tidak disampaikan atau semacam ada sejarah yang ditutupi.

News letter