Jimmy Philip Paat: Konsep Merdeka Belajar Tidak Sampai Di Tujuannya.
Para guru sulit menjalankan konsep Merdeka Belajar bila tidak mendapatkan pendidikan tentang konsep itu. Kejadian kekerasan oleh guru kepada murid menguatkan pendapat, bahwa Merdeka Belajar tidak cukup hanya sebatas jargon
Abdullah Taruna
Insiden pemukulan siswa SMA oleh seorang guru di SMA Negeri
12 Bekasi, Jawa Barat belum lama ini menunjukkan, bahwa Program Merdeka Belajar
oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan belum sepenuhnya dijalankan di
sekolah-sekolah.
“Saya kira konsep Merdeka Belajar Mas Menteri belum sampai
ke sekolah-sekolah,” kata Jimmy Philip Paat, Koordinator Tim Ahli Forum Diskusi
Pedagogik Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta (IKA UNJ).
Merdeka itu, lanjut Jimmy, walaupun hanya satu kata tapi itu
konsep yang tidak mudah dibatinkan dan dipraktikkan para guru. Tapi
tidak berarti itu tidak bisa dijalankan.
Jimmy lantas merujuk Sejarah Pendidikan Nasional.
Menurutnya, Merdeka Belajar itu bukan metode yang ahistoris. “Sejarah
pendidikan menunjukkan kepada kita, bahwa pendidikan yang memerdekakan
dijalankan Ki Hadjar Dewantara dengan koleganya di Taman Siswa jauh sebelum
kemerdekaan bangsa ini diproklamirkan,” kata Jimmy.
Karena itu merupakan cerita masa lalu, namun faktanya bisa
kontras dengan masa kini. “Pernyataan
semacam ini seperti meragukan pendidikan (yang) memerdekakan di masa sekarang,”
ujar Jimmy.
Untuk itu, lanjut Jimmy, kita bisa melihat beberapa lembaga pendidikan
masa sekarang yang menjalankan pendidikan memerdekakan. “Sebagai contoh sekolah
yang dibangun Romo Mangun. Atau Sanggar Anak Alam (SALAM) di Bantul, Yogyakarta
yang dipimpin Mbak Wahya dan Mas Toto, atau Sekolah Qaryah Thayyibah Salatiga
yang dipimpin Gus Bahruddin, atau yang di Jakarta, Sanggar Anak Akar yang didirikan
Mas Ibe, Mas Susilo, (juga Bung Hilmar
Farid, dirjen kebudayaan),” terang Jimmy.
Pertanyannya, apakah para guru sudah didik untuk menerapkan
konsep “Merdeka Belajar” ? Pertanyaan tersebut dijawab oleh Jimmy. “Sayangnya
guru-guru tidak dididik untuk mempraktikkan pendidikan merdeka. Ini yang
mungkin menyebabkan konsep Merdeka yang diserukan Bapak Menteri Pendidikan tidak sampai di tujuannya.
Sekali lagi penulis bertanya, apakah itu berarti seruan agar
para guru melaksanakan konsep Merdeka Belajar saja tidak cukup? “Tentu Bung,” jawab Jimmy singkat.
Jimmy lalu merujuk praktik pendidikan yang dilakukan oleh
para pegiat pendidikan Sanggar Anak Akar.
“Mereka kerja sangat keras untuk "memerdekakan" anak
jalanan, anak stasiun kereta yang hidup
di dunia "gelap-keras". Orang-orang seperti Mas Ibe, Bung Fay, mereka
sangat kuat menguasai konsep pendidikan memerdekakan dan mampu membumikan,”
terang Dosen yang saat ini mengajar di Prodi Bahasa Perancis UNJ.
Mereka, kata Jimmy, tidak hanya kuat refleksi tapi praktik, dan
tindakan juga. “Menurut saya, kita yang di LPTK perlu belajar dengan mereka,”
kata Jimmy Philip Paat .