Jimmy Philip Paat: Kekerasan Sama - Sekali Dilarang Dalam Relasi Pedagogis


Terjadinya insiden pemukulan oleh guru kepada murid di tengah seruan Merdeka Belajar perlu dianggap sebagai peringatan, bahwa relasi pedagogis berdasarkan kasih sayang tidak bisa ditawar-tawar lagi.

 

Abdullah Taruna

“Saya sudah hampir kehilangan kata ketika mendengar guru memukul  murid dengan alasan "mendidik". Saya hampir bisa memastikan guru-guru yang suka main pukul ini tidak membaca buku Ki Hadjar Dewantara,” kata Jimmy Philip Paat menanggapi beredarnya video tentang kekerasan oleh seorang guru kepada muridnya di SMA Negeri 12 Bekasi dengan alasan pendisiplinan.

Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengambil langkah cepat dengan memberhentikan guru tersebut pada Jumat, 14 Februari 2020. "Saya mengimbau kalau sudah punya niat berprofesi sebagai guru harus sabar. Karena anak itu karakternya beda-beda ada yang kuat otak kiri, ada yang otak kanan, ada yang motoriknya lebih aktif ada yang pendiam," kata Ridwan Kamil, mengingatkan para guru.

Menanggapi langkah Kepala Daerah Provinsi Jawa Barat itu, Koordinator Tim Ahli Forum Diskusi Pedagogik (FDP) Ikatan Alumni Universitas Negeri Jakarta Jimmy Philip Paat mengatakan, bahwa besar kemungkinan Bapak Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil telah memperhatikan kekerasan  di sekolah  selama beberapa bulan belakangan ini yang terjadi di Jawa Barat khususnya, dan  Indonesia umumnya. Jimmy pun mengajak kita untuk menyimak pernyataan Ridwan Kamil saat mengambil keputusan pahit itu, yaitu : "Harus dengan rasa sayang karena murid itu melihat guru sebagai orangtua. Maka kalau sebagai orangtua mendidiknya harus dengan kasih sayang bukan kekerasan..."

Pandangan Bapak Gubernur Jawa Barat tersebut, lanjut Jimmy, perlu digarisbawahi. “Kita sebagai guru diingatkan beliau agar para guru membangun relasi antara guru dengan murid berlandaskan cinta,” ujar Jimmy.  

Apa yang dikemukakan Bapak Ridwan Kamil, tambah Jimmy Paat,  sejalan dengan apa yang dikemukakan para pedagog_pakar pendidikan.

“Relasi pedagogis antara guru dan murid harus dilandasi cinta (kasih sayang). Jika itu tidak ada, bisa kita katakan relasi pedagogis tidak tercipta. Kekerasan itu sama sekali dilarang dalam relasi pedagogis antara guru dan murid,” kata Jimmy Philip Paat.

Sesungguhnya, lanjut Jimmy, relasi pedagogis semacam ini sudah disuarakan Bapak Pedagogik kita yaitu Ki Hadjar Dewantara sejak hampir satu abad lalu di bumi Indonesia (dunia pendidikan Indonesia).

“Relasi pedagogis berdasarkan kasih sayang tidak bisa ditawar-tawar lagi oleh para guru. Relasi semacam ini harus dibatinkan para guru. Dengan demikian sekolah menjadi tempat yang tepat untuk anak-anak dididik,” ungkap Pegiat Pendidikan yang masih aktif mengajar di Prodi Pendidikan Bahasa Perancis Universitas Negeri Jakarta

News letter