Kuda Benhur Sambal Honje


Oleh* : Endin AJ. Soefihara   

Mitologi Yunani pernah berkisah tentang Perang Polopenesos,  populernya dikenal sebagai Perang Troya. Dalam perang itu pasukan Yunani berlindung dari hantaman musuh dalam sebuah benteng terbuat dari kayu nan besar berbentuk kuda…. kemudian menanglah Yunani dan kisah ini menjadi masyhur bernama Kuda Troya.

Konon, hewan bernama kuda ini –Equs Ferus Caballus- sudah didayagunakan bagi kepentingan manusia sejak 2500 tahun sebelum masehi. Kekaisaran Romawi sering membuat lomba adu cepat lari kuda dalam bentuk individu maupun berbentuk kereta kuda.

Sewaktu kaisar Romawi sebut saja namanya Quintus Tholemanus Philatus  berkuasa,  membuat  lomba pacuan lari cepat kereta kuda. Peserta diundang dari semua komunitas, tapi yang menang  harus kereta kuda penguasa atau kroninya (incumbent). Kebiasaan raja harus menang dalam petandingan apa saja sudah dipraktikkan sejak zaman kekaisaran Romawi  – Pokoknya raja tak boleh kalah-. Adu lari cepat kereta kuda ini diikuti oleh sepuluh kontestan. Seorang peserta non romawi bernama Judah Ben-Hur muncul ke gelanggang, dengan kereta ditarik empat ekor kuda kepunyaan seorang Syekh dari jazirah Arab yang semua kudanya berwarna putih, masing-masing bernama, Antreas, Attair, Aldebaran dan Rigel. Hasilnya, kuda-kuda itu mampu merontokkan dominasi kereta kaisar yang dikemudikan oleh kepala garnisun Romawi di Benteng Anatonia bernama Tribunus Messala. Padahal mereka sudah curang dengan menempelkan bilah-bilah tajam pada baling-baling rodanya.

Kisah heroik Judah Benhur pernah diangkat ke layar lebar oleh sutradara William Wyler tahun 1959, kisahnya mengadaptasi dari novel berjudul : Ben-Hur A Tale of the Christ karangan Lew Wallace yang terbit pertama kali tahun 1880. Awal film ini menceritakan kemarahan gubernur Yudea Gratus Valerius karena terlempar dari atas kuda tunggangannya akibat dikagetkan oleh genting-genting yang berjatuhan dari atap sebuah rumah milik kelarga Judah. Akibat itu Judah Benhur, ibunya Miriam dan adiknya Tirzah harus menanggung siksa hukuman.  

Bila hendak merawat Kuda agar dapat berlari kencang tidak usah repot – repot pergi jauh ke negeri cowboy.  Datang saja ke kaki gunung Palasari, menurut cerita di sana ada orang pintar namanya Ki Matlubin ngetopnya disebut Mbah Sikulan mengambil nama lokasi tempat tinggalnya-. Disini tersedia sejenis ramuan, namanya Sambal Honje khasiatnya sangat jitu dalam membuat kuda berlari secepat kilat. Ramuan ini pedasnya sangat dahsyat dan mengeluarkan hawa panas.

Terapinya, setiap pagi Mbah menepuk-tepuk pantat kuda kemudian mengolesi sambal honje secara bertahap dan merata kebagian duburnya. Akibat olesan ini setiap pagi maka lari kuda semakin hari menjadi semakin kencang.

Suatu hari Mbah sedang merawat kuda pacu jenis Quarter Horse pesanan joki terkenal asal Irlandia, Frederick Jean Fallon. Sebagaimana lazimnya  Mbah yang jalannya mulai tertatih-tatih ini, memulai dengan menepuk dan mengolesi ramuan ke dubur kuda secara bertahap. Menjelang akhir perawatan, kuda pacu bernama quarter itu berlari sangat kencang sehingga  Mbah tak mampu lagi  mengejarnya.

Untung saja Mbah masih memegang sisa ramuan. Dengan nafas terengah engah dibukanya sedikit bagian belakang celananya dan kemudian diolesinya pelan-pelan… ke pantatnya sendiri.... ternyata saking panas dan pedasnya, Mbah seketika melesat kencang  laksana kilat melewati kecepatan kuda pacu asuhannya itu.…….

Rupanya selama ini Mbah belum pernah mencoba sambal honje untuk kepentingan sendiri, baru tahu ya Mbah…..!


*Penulis, Ketua Umum IKA-Alumni UNJ 2004 – 2010.


Foto Ilustrasi: https://www.pngguru.com/

News letter